Liku liku pembebasan Aop Syaefudin dari Penjara 6 Bulan masalah Potong Rambut Gondrong Siswa
LKBH PGRI Prov Jabar dan LKBH PGRI Kab Majalengka,
Liku liku pembebasan Aop Syaefudin
Jakarta - Guru SD Aop Saopudin (31) melaksanakan tugas dalam mendidik siswa dengan cara menggunting rambut siswa yang gondrong. Alih-alih mendapat apresiasi, polisi dan jaksa malah mempidanakan Aop.
Berikut lika-liku kriminalisasi guru yang menimpa pengajar SDN Penjalin Kidul V, Majalengka, Jawa Barat itu:
19 Maret 2012
Aop melakukan razia rambut gondrong di kelas III usai upacara bendera menjelang UAS pagi hari. Dalam razia itu, didapati 4 siswa berambut gondrong yaitu AN, M, MR dan THS. Kepada mereka lalu Aop mencukur rambut karena gondrong.
Sore harinya, ayah THS mendatangi sekolahan dan memukuli Aop. Atas hal itu, Aop melaporkan penganiayaan ke polisi. Tapi ayah THS melaporkan balik atas tindakan Aop mencukur anaknya
26 Maret 2012
Perwakilan PGRI Kabupaten Majalengka meminta polisi menyidik ayah THS karena dianggap sebagai tindak pelecehan terhadap profesi guru
23 Mei 2012
Polisi yang menyidik kasus tersebut melimpahkan berkas perkara Aop ke jaksa
21 Juni 2012
Ketua DPRD Majalengka, Surahman meminta kasus itu tidak diteruskan ke pengadilan karena yang dilakukan Aop dalam rangka menegakkan disiplin di kelas untuk menanamkan budi pekerti yang luhur sebagai upaya menyiapkan generasi penerus yang berakhlakul karimah dan tahu tata krama
29 Oktober 2012
Ratusan pelajar SMA Negeri 2 Majalengka, menggelar aksi solidaritas terhadap Aop
30 Oktober 2012
Jaksa lalu mendakwa Aop dengan 3 pasal yaitu:
1. Pasal 77 huruf a UU Perlindungan Anak tentang perbuatan diskriminasi terhadap anak.
2. Pasal 80 ayat 1 UU Perlindungan Anak
3. Pasal 335 ayat 1 kesatu KUHP tentang Perbuatan Tidak Menyenangkan.
16 April 2013
Jaksa menuntut Aop untuk dihukum selama 3 bulan penjara
2 Mei 2013
Pengadilan Negeri (PN) Majalengka menjatuhkan hukuman percobaan. Yaitu dalam waktu 6 bulan setelah vonis jika tidak mengulagi perbuatan pidana maka tidak dipenjara. Tapi jika berbuat pidana maka langsung dipenjara selama 3 bulan
Duduk sebagai ketua majelis Tardi dengan hakim anggota Ahmad Budiawan dan Rahma Sari Nilam Panggabean
23 Juli 2013
Badan Pengawas (Bawas) MA menelusuri kejanggalan putusan kasus tersebut.
31 Juli 2013
Pengadilan Tinggi (PT) Bandung menguatkan vonis PN Majalengka
6 Mei 2014
Ketua majelis kasasi hakim agung Dr Salman Luthan dengan anggota Dr Syarifuddin dan Dr Margono membebaskan Aop. Ketiganya membebaskan Aop karena sebagai guru Aop mempunyai tugas untuk mendisiplinkan siswa yang rambutnya sudah panjang/gondrong untuk menertibkan para siswa. Apa yang dilakukan terdakwa adalah sudah menjadi tugasnya dan bukan merupakan suatu tindak pidana dan terdakwa tidak dapat dijatuhi pidana atas perbuatan/tindakannya tersebut karena bertujuan untuk mendidik agar menjadi murid yang baik dan berdisiplin.
Sumber
Liku liku pembebasan Aop Syaefudin
Jakarta - Guru SD Aop Saopudin (31) melaksanakan tugas dalam mendidik siswa dengan cara menggunting rambut siswa yang gondrong. Alih-alih mendapat apresiasi, polisi dan jaksa malah mempidanakan Aop.
Berikut lika-liku kriminalisasi guru yang menimpa pengajar SDN Penjalin Kidul V, Majalengka, Jawa Barat itu:
19 Maret 2012
Aop melakukan razia rambut gondrong di kelas III usai upacara bendera menjelang UAS pagi hari. Dalam razia itu, didapati 4 siswa berambut gondrong yaitu AN, M, MR dan THS. Kepada mereka lalu Aop mencukur rambut karena gondrong.
Sore harinya, ayah THS mendatangi sekolahan dan memukuli Aop. Atas hal itu, Aop melaporkan penganiayaan ke polisi. Tapi ayah THS melaporkan balik atas tindakan Aop mencukur anaknya
26 Maret 2012
Perwakilan PGRI Kabupaten Majalengka meminta polisi menyidik ayah THS karena dianggap sebagai tindak pelecehan terhadap profesi guru
23 Mei 2012
Polisi yang menyidik kasus tersebut melimpahkan berkas perkara Aop ke jaksa
21 Juni 2012
Ketua DPRD Majalengka, Surahman meminta kasus itu tidak diteruskan ke pengadilan karena yang dilakukan Aop dalam rangka menegakkan disiplin di kelas untuk menanamkan budi pekerti yang luhur sebagai upaya menyiapkan generasi penerus yang berakhlakul karimah dan tahu tata krama
29 Oktober 2012
Ratusan pelajar SMA Negeri 2 Majalengka, menggelar aksi solidaritas terhadap Aop
30 Oktober 2012
Jaksa lalu mendakwa Aop dengan 3 pasal yaitu:
1. Pasal 77 huruf a UU Perlindungan Anak tentang perbuatan diskriminasi terhadap anak.
2. Pasal 80 ayat 1 UU Perlindungan Anak
3. Pasal 335 ayat 1 kesatu KUHP tentang Perbuatan Tidak Menyenangkan.
16 April 2013
Jaksa menuntut Aop untuk dihukum selama 3 bulan penjara
2 Mei 2013
Pengadilan Negeri (PN) Majalengka menjatuhkan hukuman percobaan. Yaitu dalam waktu 6 bulan setelah vonis jika tidak mengulagi perbuatan pidana maka tidak dipenjara. Tapi jika berbuat pidana maka langsung dipenjara selama 3 bulan
Duduk sebagai ketua majelis Tardi dengan hakim anggota Ahmad Budiawan dan Rahma Sari Nilam Panggabean
23 Juli 2013
Badan Pengawas (Bawas) MA menelusuri kejanggalan putusan kasus tersebut.
31 Juli 2013
Pengadilan Tinggi (PT) Bandung menguatkan vonis PN Majalengka
6 Mei 2014
Ketua majelis kasasi hakim agung Dr Salman Luthan dengan anggota Dr Syarifuddin dan Dr Margono membebaskan Aop. Ketiganya membebaskan Aop karena sebagai guru Aop mempunyai tugas untuk mendisiplinkan siswa yang rambutnya sudah panjang/gondrong untuk menertibkan para siswa. Apa yang dilakukan terdakwa adalah sudah menjadi tugasnya dan bukan merupakan suatu tindak pidana dan terdakwa tidak dapat dijatuhi pidana atas perbuatan/tindakannya tersebut karena bertujuan untuk mendidik agar menjadi murid yang baik dan berdisiplin.
Sumber
Posting Komentar untuk "Liku liku pembebasan Aop Syaefudin dari Penjara 6 Bulan masalah Potong Rambut Gondrong Siswa "